Jumat, 22 Juli 2011

LINGKARAN


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri :
Diagonalnya tidak terbatas
Sudut 1 putaran penuh 360o
Rumus :
L = π x r2
K = 2 x  π x r

JAJAR GENJANG


 
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri:
Memiliki 2 pasang sisi sejajar.
Sudut yang berhadapan sama besar.
Memiliki 1 pasang sudut tumpul dan 1 psang sudut lancip.
Diagonalnya berpotongan di tengah tetapi tidak sama panjang.
Rumus:
L = a x t
                                                  K = 2 (a+b)

SEGITIGA SAMA KAKI


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri :
Memiliki panjang kaki yang sama
Besar kaki sudutnya sama
Rumus :
L = ½ x a x t
K = AB + BC + CA

SEGITIGA SAMA SISI















Rumus mencari:

L Segitiga sama sisi = 1/2. a x t
K Segitiga sama sisi = 2 sisi samping + 1 sisi bawah

Ciri-ciri dan sifat bangun diatas:
  • Semua sisinya sama panjang
  • Jumlah sisinya 3
  • Sudutnya sama besar
  • Jumlah titik sudutnya 3
  • Jumlah simetri lipat 3 dan simetri putar

SEGITIGA SIKU-SIKU













Rumus mencari:
L Segitiga siku-siku = 1/2. a x t
K Segitiga siku-siku = sisinya dijumlahkan
Ciri-ciri dan sifat bangun diatas:
  • Jumlah sisinya 3
  • Jumlah sudutnya 3
  • Jumlah simetri putar 1
  • Terdapat 1 sudut si

LAYANG-LAYANG















Rumus mencari:
L Layang-layang = 1/2.D1 + D2
K Layang-layang = AB + BC + CD + DA

Ciri-ciri dan sifat bangun datar disamping:
  • 2 pasang sisi yang sama panjang
  • 1 pasang sudut yang sama besar
  • Diagonalnya tidak sama panjang dan berpotongan

TRAPESIUM

 
Trapesium siku-siku
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri :
Memiliki 1 pasang sisi yang sejajar
Memiliki 2 sudut siku-siku



 
Trapesium sama kaki
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri :
Memiliki 1 pasang sisi yang sejajar
Besar sudut pada kakinya sama (kaki sudut sama)
Besar  <a  = <b
Panjang kakinya sama

 
Trapesium sebarang
 
 
 
 
 
 
Ciri-ciri :
Memiliki 1 pasang sisi yang sejajar
Panjang sisi yang lain tidak sama
Sudut-sudutnya tidak sama
Rumus :
L = (jumlah sisi sejajar) x ½ t
                                                              K = Jumlah semua sisi

KATAK YANG SOMBONG & ANAK LEMBU


 tengah padang rumput yang sangat luas, terdapat sebuah kolam yang dihuni oleh berpuluh-puluh katak. Diantara katak-katak tersebut ada satu anak katak yang bernama Kenthus, dia adalah anak katak yang paling besar dan kuat. Karena kelebihannya itu, Kenthus menjadi sangat sombong. Dia merasa kalau tidak ada anak katak lainnya yang dapat mengalahkannya.
 
Sebenarnya kakak Kenthus sudah sering menasehati agar Kentus tidak bersikap sombong pada teman-temannya yang lain. Tetapi nasehat kakaknya tersebut tidak pernah dihiraukannya. Hal ini yang menyebabkan teman-temannya mulai menghindarinya, hingga Kenthus tidak mempunyai teman bermain lagi.
 
Pada suatu pagi, Kenthus berlatih melompat di padang rumput. Ketika itu juga ada seekor anak lembu yang sedang bermain di situ. Sesekali, anak lembu itu mendekati ibunya untuk menyedot susu. Anak lembu itu gembira sekali, dia berlari-lari sambil sesekali menyenggok rumput yang segar. Secara tidak sengaja, lidah anak sapi yang dijulurkan terkena tubuh si Kenthus.
 
"Huh, berani makhluk ini mengusikku," kata Kenthus dengan perasaan marah sambil coba menjauhi anak lembu itu. Sebenarnya anak lembu itu pula tidak berniat untuk mengganggunya. Kebetulan pergerakannya sama dengan Kenthus sehingga menyebabkan Khentus menjadi cemas dan melompat dengan segera untuk menyelamatkan diri.
 
Sambil terengah-engah, Kenthus sampai di tepi kolam. Melihat Kenthus yang kelihatan sangat capek, kawan-kawannya nampak sangat heran. "Hai Khentus, mengapa kamu terengah-engah, mukamu juga kelihatan sangat pucat sekali,” Tanya teman-temannya.
 
"Tidak ada apa-apa. Aku hanya cemas saja. Lihatlah di tengah padang rumput itu. Aku tidak tahu makhluk apa itu, tetapi makhluk itu sangat sombong. Makhluk itu hendak menelan aku." Kata Kenthus..
 
Kakaknya yang baru tiba di situ menjelaskan. " Makhluk itu anak lembu. sepengetahuan kakak, anak lembu tidak jahat. Mereka memang biasa dilepaskan di padang rumput ini setiap pagi."
 
"Tidak jahat? Kenapa kakak bias bilang seperti itu? Saya hampir-hampir ditelannya tadi," kata Kenthus. "Ah, tidak mungkin. Lembu tidak makan katak atau ikan tetapi hanya rumput." Jelas kakaknya lagi.
 
"Saya tidak percaya kakak. Tadi, aku dikejarnnya dan hampir ditendang olehnya." Celah Kenthus. "Wahai kawan-kawan, aku sebenarnya bisa melawannya dengan mengembungkan diriku," Kata Kenthus dengan bangga.
 
" Lawan saja Kenthus! Kamu tentu menang," teriak anak-anak katak beramai-ramai.
 
"Sudahlah Kenthus. Kamu tidak akan dapat menandingi lembu itu. Perbuatan kamu berbahaya. Hentikan!" kata Kakak Kenthus berulang kali tetapi Kenthus tidak mempedulikan nasehat kakaknya. Kenthus terus mengembungkan dirinya, karena dorongan dari teman-temannya. Sebenarnya, mereka sengaja hendak memberi pelajaran pada Kenthus yang sombong itu.
 
"Sedikit lagi Kenthus. Teruskan!" Begitulah yang diteriakkan oleh kawan-kawan Kenthus. Setelah perut Kenthus menggembung dengan sangat besar, tiba-tiba Kenthus jatuh lemas. Perutnya sangat sakit dan perlahan-lahan dikempiskannya. Melihat keadaan adiknya yang lemas, kakak Kenthus lalu membantu.
 
Mujurlah Kenthus tidak apa-apa. Dia sembuh seperti sedia kala tetapi sikapnya telah banyak berubah. Dia malu dan kesal dengan sikapnya yang sombong.



PULAU HANTU

Tersebutlah dua orang jagoan yang selalu ingin menunjukkan dirinya lebih jago dari yang lain. Pada suatu hari, mereka bertemu di perairan sebelah selatan Singapura. 
Tanpa ba atau bu, mereka langsung saling menyerang. Mereka bertarung lama sekali hingga tubuh mereka bersimbah darah. Karena sama-sama kuat, tak ada tanda-tanda siapa yang akan kalah. 
Jin Laut tidak suka dengan pertarungan itu karena darah mereka mengotori laut. Jin Laut lalu menjungkirbalikkan perahu mereka. Maksudnya agar mereka berhenti bertarung. Ternyata, mereka tetap bertarung. Dengan kesaktiannya masing-masing, mereka bertarung di atas air. 
“Hei, aku perintahkan kalian berhenti beratarung! Ini wilayah kekuasaanku. Kalau tidak…” 
Bukannya berhenti, kedua jagoan itu malah bertempur lebih seru. Dengan isyarat tangan, mereka bahkan seperti mengejek Jin Laut. 
Jin Laut marah. Dia menyemburkan air ke wajah kedua jagoan itu sehingga pandangan mereka terhalang. Karena tak dapat melihat dengan jelas, kedua jagoan itu bertempur secara membabi-buta. Mereka mengayunkan pedang ke sana-kemari sekehendajk hati sampai akhirnya bersarang di tubuh lawan masing-masing. Kedua jagoan itu pun menemui ajalnya. 
Para dewa di kayangan mura karena Jin Laut turut campur urusan manusia. Mereka memperingatkan Jin Laut untuk tidak lagi ikut campur urusan manusia. Jin Laut mengaku salah dan mencoba menebus dosa dengan membuatkan tempat khusus agar roh kedua jagoan itu dapat bersemayam dengan tenang. Jin Laut menyulap sampan yang ditumpangi kedua jagoan itu menjadi pulau tempat bersemayam roh mereka. Orang-orang kemudian menyebut pulau itu sebagai Pulau Hantu. 

PULAU KAKAK BERADIK


Karena dianggap sudah cukup umur, Mina dan Lina dipanggil ibu mereka untuk membicarakan rencana perkawinan kakak-beradik itu.

“Kalian sudah cukup dewasa. Sudah waktunya kalian membangun rumah tangga,” kata sang ibu.

“Kami mau dikawinkan dengan satu syarat,” kata Mina dan Lina.

“Apa syaratnya?”

“Karena kami kakak-beradik, suami kami juga harus kakak-beradik.”

Sang ibu tahu, itu adalah cara mereka menolak perkawinan. Menurut Mina dan Lina, perkawinan membuat orang kehilangan segala sesuatu yang mereka cintai: orang tua, teman, sanak-saudara, bahkan kampung halaman.

Demikianlah, karena tak ada laki-laki kakak-beradik yang menyunting Mina dan Lina, mereka tak kunjung menikah. Waktu pun terus berlalu. Ibu Mina dan Lina meninggal karena usia yang semakin tua. Sepeninggal ibunya, gadis kakak-beradik itu tinggal bersama dengan paman mereka.

Pada suatu hari, sekelompok bajak laut menculik Lina. Pemimpin bajak laut itu ingin memperistri Lina. Lina menolak dan meronta sekuat tenaga.

Penculikan itu diketahui oleh Mina. Karena tak ingin terpisah dari adiknya, Mina bertekad menyusul Lina. Dengan perahu yang lebih kecil, Mina mengejar perahu penculik Lina. Teriakan orang sekampung tak dihiraukannya. Mina terus mengejar sampai tubuhnya tak kelihatan lagi.

Tiba-tiba mendung datang. Tak lama kemudian hujan pun turun. Halilintar menggelegar, petir menyambar-nyambar. Orang-orang berlarian ke rumah masing-masing. Ombak bergulung-gulung. Menelan perahu penculik Lina, menelan Lina, menelan Mina, menelan semuanya.

Ketika keadaan kembali normal, orang-orang dikejutkan oleh dua pulau yang tiba-tiba muncul di kejauhan. Mereka yakin, pulau itu adalah penjelmaan Mina dan Lina. Kedua pulau itu diberi nama Pulau Sekijang Bendera dan Sekijang Pelepah, tetapi kebanyakan orang menyebutnya Pulau Kakak-Beradik.



Bukit merah


Dulu, Singapura pernah direpotkan oleh ikan todak. Ikan bermoncong panjang dan tajam itu suka menyerang penduduk. Tak terhitung berapa banyak penduduk yang luka-luka dan mati akibat serangan ikan ganas itu.

Raja kemudian memerintahkan penglima perangnya untuk menaklukkan ikan-ikan jahat itu. Maka, dipersiapkanlah sepasukan prajurit untuk membunuh ikan itu. Akan tetapi, hampir semua prajurit itu mati di moncong Todak. Raja bingung bagaimana menundukkan ikan itu.

Di tengah kebingungannya, Raja didatangi seorang anak kecil.

“Mohon ampun, Paduka yang Mulia, bolehkah hamba mengatakan sesuatu tentang ikan-ikan itu?”

“Katakanlah!”

“Ikan-ikan itu hanya bisa ditaklukkan dengan pagar pohon pisang.”

“Apa maksudmu?”

Yang dimaksud anak kecil itu adalah pagar yang terbuat dari batang pohon pisang. Pohon-pohon itu ditebang, dijajarkan, kemudian direkatkan dengan cara ditusuk dengan bambo antara yang satu dan lainnya hingga menyerupai pagar. Pagar itu kemudian ditaruh di pinggir pantai, tempat ikan-ikan itu biasa menyerang penduduk.

Raja kemudian memerintahkan Panglima untuk membuat apa yang dilkatakan anak kecil itu. Diam-diam Panglima mengakui kepintaran si anak. Diam-diam pula dia membenci anak kecil itu. Gagasan si anak membuat Panglima merasa bodoh di hadapan Raja.

“Seharusnya akulah yang mempunyai gagasan itu. Bukankah aku panglima perang tertinggi? Masak aku kalah oleh anaka kecil,” katanya dalam hati.

Keesokan harinya, selesailah pagar pohon pisang itu. Pagar itu lalu ditaruh di tepi pantai sebagaimana yang dikatakana si anak kecil.

Ternyata benar. Ikan-ikan yang menyerang pagar pohon pisang itu tak bisa menarik kembali moncongnya. Mereka mengelepar-gelepar sekuat tenaga, tetapi sia-sia. Moncong mereka yang panjang dan tajam itu menancap kuat dan dalam pada batang pohon pisang yang lunak itu. Akhirnya, dengan mudah penduduk dapat membunuh ikan-ikan jahat itu.

Si anak pun diberi hadiah oleh Raja.
“Terima kasih. Kau sungguh-sungguh anak yang pintar,” puji Raja.

Orang-orang bersuka cita.

Akan tetapi, panglima perang yang iri dan kesal karena merasa tampak bodoh di hadapan Raja itu menghasut Raja.

“Baginda, anak kecil yang cerdas itu tampaknya bisa menjadi ancaman jika dia besar nanti.”

“Maksudmu?”

“Siapa tahu, setelah besar nanti, dengan kepintarannya dia berhasrat merebut tahta Paduka.”

Raja terhasut. Ia lalu memerintahkan Sang Panglima untuk menyingkirkan anak itu.

Sang Panglima mendatangi rumah anak kecil itu dan dengan licik membunuh anak tak berdosa itu. Anehnya, darah si anak mengalir deras dan membasahi seluruh tanah bukit tempat anak itu tinggal. Seluruh bukit menjadi merah. Orang-orang lalu menyebut tempat itu Bukit Merah

BIJI-BIJI BURUNG DI GEREJA


Di suatu lembah yang subur, sekelompok binatang hidup dengan aman dan nyaman. Mereka tidak pernah berkekurangan.

Lembah itu menyediakan semua yang dibutuhkan para hewan. Sumber mata air yang segar, pohon-pohon yang selalu berbuah tanpa mengenal musim. Semua hewan hidup dengan bahagia.

Suatu hari bertemulah seekor monyet dengan burung gereja yang sedang mematuk-matuk di tanah.

“ Apa yang sedang kau lakukan burung Gereja ?” Tanya Monyet.

Burung Gereja memandang Monyet dan berkata “ Aku sedang mengumpulkan biji-bijian “

Mendengar jawaban Burung Gereja, Monyet tertawa terbahak-bahak “Ha…ha..ha…., untuk apa kau mengumpulkan biji-biji itu, lihatlah di selilingmu, begitu banyak buah-buahan yang bisa kau makan, kenapa kau malah mengumpulkan sesuatu yang dibuang ?”

Tapi Burung Gereja tidak menghiraukan perkataan Monyet dan tetap mengumpulkan biji buah-buahan kemudian membawanya ke atas bukit.

Esok harinya, Monyet bertemu lagi dengan Burung Gereja, kali ini Monyet membawa buah apel di tangannya

“ Hai Burung Gereja, kau sedang mencari biji-bijian lagi ya ? pantas saja kau tidak bertambah besar, yang kau makan bijinya, bukan buahnya…ha.. ha…ha… “ Ejek Monyet

Burung Gereja hanya diam dan terus mengumpulkan biji- biji apel yang dibuang oleh Monyet.

PETANI YANG BAIK HATI


Di suatu desa, hiduplah seorang petani yang sudah tua. Petani ini hidup seorang diri dan sangat miskin, pakaiannya penuh dengan tambalan dan rumahnya terbuat dari gubuk kayu. Musim dingin sudah tiba, Pak Petani tidak punya makanan , juga tidak mempunyai kayu bakar untuk menghangatkan diri, jadi hari ini Pak Petani hendak pergi ke pasar untuk mencari pekerjaan. Ketika keluar dari rumah, dilihatnya ada sebutir telur tergeletak diatas tanah bersalju.

Dengan hati-hati dipungutnya telur tersebut dan dibawanya ke dalam rumah. Pak Petani menyelimuti telur itu dengan kain lusuh dan meletakkannya di dalam kardus agar tetap hangat. Setelah itu dia pergi ke pasar untuk bekerja.

Pak Petani membuat telur itu menjadi hangat setiap hari sampai telur itu menetas. Ternyata telur itu adalah telur Burung Camar, mungkin induknya menjatuhkannya ketika hendak pindah ke tempat yang lebih hangat. Pak Petani merawat Burung Camar kecil itu dengan penuh kasih sayang. Dia selalu membagi setiap makanan yang diperolehnya dari bekerja di pasar. Ketika harus meninggalkan Burung Camar itu sendirian, Pak Petani akan meletakkannya di dalam kardus dan menyalakan perapian agar Burung Camar tetap hangat.


ASAL MULA NYAMUK PERTAMA


Pada zaman dahulu hiduplah seorang petani sederhana bersama istrinya yang cantik. Petani itu selalu bekerja keras, tetapi istrinya hanya bersolek dan tidak mempedulikan rumah tangganya. Mereka tinggal di rumah yang sangat sederhana dan hidup dari hasil pertanian sebagaimana layaknya keluarga petani.
 
          Sang istri yang cantik itu tidak puas dengan keadaan mereka. Dia merasa, sudah selayaknya jika suaminya berpenghasilan lebih besar supaya dia bisa merawat kecantikannya. Untuk memenuhi tuntutan istrinya, petani itu bekerja lebih keras. Namun, sekeras apa pun kerja si petani, dia tak mampu memenuhi tuntutan istrinya. Selain minta dibelikan obat-obatan yang dapat menjaga kecantikanya, istrinya juga suka minta dibelikan pakaian yang bagus-bagus --yang tentunya sangat mahal.
 
          “Bagaimana bisa kelihatan cantik kalau pakaianku buruk,” kata sang istri.

           Karena hanya sibuk mengurusi penampilan, istri yang cantik itu tidak memperhatikan kesehatannya. Dia jatuh sakit. Sakitnya makin parah hingga akhirnya meninggal dunia. Suaminya begitu sedih. Sepanjang hari dia menangisi istrinya yang kini terbujur tanpa daya. Karena tak ingin kehilangan, petani itu tak mau mengubur tubuh istrinya yang amat dicintainya itu. Dia ingin menghidupkan kembali istrinya.

          Esok harinya suami yang malang itu menjual semua miliknya dan membeli sebuah sampan. Dengan sampan itu dia membawa jasad istrinya menyusuri sungai menuju tempat yang diyakini sebagai persemayaman para dewa. Dewa tentu mau menghidupkan kembali istriku, begitu pikirnya.
 
          Meskipun tak tahu persis tempat persemayaman para dewa, petani itu terus mengayuh sampannya. Dia mengayuh dan mengayuh tak kenal lelah. Suatu hari, kabut tebal menghalangi pandangannya sehingga sampannya tersangkut. Ketika kabut menguap, di hadapannya berdiri sebuah gunung yang amat tinggi, yang puncaknya menembus awan. Di sinilah tempat tinggal para dewa, pikir Petani. Dia lalu mendaki gunung itu sambil membawa jasad istrinya.
 
          Dalam perjalanan dia bertemu dengan seorang lelaki tua.
 
          “Kau pasti dewa penghuni kayangan ini,” seru si petani dengan gembira.
 
          Dikatakannya maksud kedatangannya ke tempat itu.
 
          Laki-laki tua itu tersenyum.
 
          “Sungguh kau suami yang baik. Tapi, apa gunanya menghidupkan kembali istrimu?”
 
          “Dia sangat berarti bagiku. Dialah yang membuat aku bersemangat. Maka hidupkanlah dia kembali,” kata si petani.
 
          Laki-laki tua itu menganggukkan kepalanya.
 
          “Baiklah kalau begitu. Akan kuturuti permintaanmu. Sebagai balasan atas kebaikan dan kerja kerasmu selama ini, aku akan memberimu rahasia bagaimana cara menghidupkan kembali istrimu. Tusuk ujung jarimu, lalu percikkan tiga tetes darah ke mulutnya. Niscaya dia akan hidup kembali. Jika setelah itu istrimu macam-macam, ingatkan bahwa dia hidup dari tiga tetes darahmu.”

           Petani itu segera melaksanakan pesan dewa itu.


Ajaib, istrinya benar-benar hidup kembali.
 
          Tanpa pikir panjang, suami yang bahagia itu pun membawa pulang istrinya. Tapi, sang istri tahu, selain sampan yang dinaiki mereka, kini suaminya tak punya apa-apa lagi. Lalu, dengan apa dia merawat kecantikannya?
 
          Suatu hari, sampailah suami-istri itu di sebuah pelabuhan yang sangat ramai. Petani turun dari sampan dan pergi ke pasar untuk membeli bekal perjalanan dan meninggalkan istrinya sendirian di sampan. Kebetulan, di sebelah sampan mereka bersandar sebuah perahu yang sangat indah milik seorang saudagar kaya yang sedang singgah di tempat itu. Melihat kecantkan istri si petani, pemiliik perahu itu jatuh cinta dan membujuk perempuan cantik itu untuk ikut bersamanya.
 
          “Kalau kau mau ikut denganku, akan aku belikan apa saja yang kau minta,” kata sang saudagar.
 
          Sang istri petani tergoda. Dia lalu pergi dengan saudagar itu.
 
          Pulang dari pasar Petani terkejut karena istrinya tak ada lagi di sampannya. Dia mencari ke sana-kemari, tetapi sia-sia. Setahun kemudian, bertemulah dia dengan istrinya, tetapi istrinya menolak kembali kepadanya. Petani lalu teringat kepada dewa yang memberinya rahasia menghidupkan kembali istrinya.
 
          “Sungguh kau tak tahu berterima kasih. Asal tahu saja, kau hidup kembali karena minum tiga tetes darahku.”
 
          Istrinya tertawa mengejek.
 
          “Jadi, aku harus mengembalikan tiga tetes darahmu? Baiklah…”
 
          Sang istri pun menusuk salah satu jarinya dengan maksud memberi tiga tetes darahnya kepada suaminya. Namun, begitu tetes darah ketiga menitik dari jarinya, wajahnya memucat, tubuhnya lemas, makin lemas, hingga akhirnya jatuh tak berdaya. Mati.

           Setelah mati, dia menjelma menjadi nyamuk. Sejak itu, setiap malam nyamuk jelmaan wanita cantik itu berusaha menghisap darah manusia agar dapat kembali ke ujudnya semuLA

ASAL MULA RUMAH SIPUT


 Dahulu kala, siput tidak membawa rumahnya kemana-mana… Pertama kali siput tinggal di sarang burung yang sudah ditinggalkan induk burung di atas pohon .
Malam terasa hangat dan siang terasa sejuk karena daun-daun pohon merintangi sinar matahari yang jatuh tepat ke sarang tempat siput tinggal. Tetapi ketika musim Hujan datang, daun-daun itu tidak bisa lagi menghalangi air hujan yang jatuh,.. siput menjadi basah dan kedinginan terkena air hujan.
Kemudian siput pindah ke dalam lubang yang ada di batang pohon, Jika hari panas, siput terlindung dengan baik, bahkan jika hujan turun, siput tidak akan basah dan kedinginan. Sepertinya aku menemukan rumah yang cocok untukku, gumam siput dalam hati.
Tetapi di suatu hari yang cerah, datanglah burung pelatuk ,, tok..tok…tok…burung pelatuk terus mematuk batang pohon tempat rumah siput, siput menjadi terganggu dan tidak bisa tidur,
Dengan hati jengkel, siput turun dari lubang batang pohon dan mencari tempat tinggal selanjutnya. Siput menemukan sebuah lubang di tanah, kelihatannya hangat jika malam datang, pikir siput. Siput membersihkan lubang tersebut dan memutuskan untuk tinggal di dalamnya, tetapi ketika malam datang, tikus-tikus datang menggali dari segala arah merusak rumah siput. Apa mau dikata, siput pergi meninggalkan lubang itu untuk mencari rumah baru….
Siput berjalan terus sampai di tepi pantai penuh dengan batu karang. Sela-sela batu karang dapat menjadi rumahku !!! siput bersorak senang, aku bisa berlindung dari panas matahari dan hujan, tidak aka nada burung pelatuk yang akan mematuk batu karang ini, dan tikus-tikus tidak akan mampu menggali lubang menembus ke batu ini.
Siput pun dapat beristirahat dengan tenang, tetapi ketika air laut pasang dan naik sampai ke atas batu karang, siput ikut tersapu bersama dengan ombak. Sekali lagi siput harus pergi mencari rumah baru. Ketika berjalan meninggalkan pantai, siput menemukan sebuah cangkang kosong, bentuknya cantik dan sangat ringan….
Karena lelah dan kedinginan, Siput masuk ke dalam cangkang itu , merasa hangat dan nyaman lalu tidur bergelung di dalamnya.
Ketika pagi datang, Siput menyadari telah menemukan rumah yang terbaik baginya. Cangkang ini sangat cocok untuknya. Aku tidak perlu lagi cepat-cepat pulang jika hujan turun, aku tidak akan kepanasan lagi, tidak ada yang akan menggangguku, …. aku akan membawa rumah ini bersamaku ke manapun aku pergi.


FUNGSI KHUTBAH SHOLAT JUM'AT

FUNGSI KHUTBAH
  
  • a.       Memberi  perjalanan dan nasehat, minimal seminggu sekali pada kaum muslimin sesuai  dengan rukun   khutbah  yaitu berwasiat takwa
  • b.      Median penyiaran ajarn islam
  • c.       Mendidik dalam ,endengarkan nasehat bagi jamaah jum’at
  • d.      Membiasakan kaum muslimin beri’tikaf di dalam masjid
  • e.      Memupuk rasa ukhuwah Islamiyah di antara jamaah

Kamis, 21 Juli 2011

SUNAH-SUNAH SHOLAT JUM'AT


SUNAH-SUNAH SHOLAT JUM’AT

a.       Mandi sebelum berangkat ke tempat sholat ( masjid )
b.      Berhias dan memakai pakaian yang sebaik-baiknya, diutamakan memakai pakaian warna putih
c.       Memakai harum-haruman
d.      Memotong kuku,kumis dan mencukur rambut
e.      Bersegera ke masjid
f.        Sholat tahiyatul masjid  dan sholat sunnah sebelum khotib naik ke mimbar
g.       Membaca Al-qur’an, dzikir atau sholawat sebelum khotib naik ke mimbar
h.      Memenuhi shof yang paling depan yang masih kosong dahulu
i.         Berdo’a diantar dua khutbah
j.        Setelah sholat jum’at, sholat sunnah dua 2 rokaat di rumah atau 4 rokaat (2-2brokaat) bila di masjid

RUKUN KHUTBAH JUM'AT

RUKUN KHUTBAH JUM’AT

Rukun Khutbah adalah sesuatu yang harus dikerjakan ketikan melasanakan khutbah.Rukun –rukun khutbah antara lain: 
a.       Mengucapkan puji-pujian kepada Alloh SWT yang berupa ucapan hamdalah 
b.      Membaca dua kalimat syahadat \ 
c.       Membaca sholawat atas Nabi Muhamad SAW 
d.        Mebaca ayat-ayat suci Al-quran yang member pemahaman pada salah satu dua khutbah 
e.      Berwasi’at kepada jamaah untuk meningkatkan takwa,iman, ibadah kepada Alloh SWT 
f.        Mendoa’kan kaum muslimin

Rabu, 20 Juli 2011

SYARAT - SYARAT KHUTBAH


SYARAT -  SYARAT KHUTBAH  

a.        Khutbah dimulai setelah waktu duhu
b.      Khutbah dilasanakan dengan berdiri, jika tidak mampu boleh duduk 
c.       Duduk sebentar diantara  dua khutbah pertama dan kedua 
d.      Khotib harus suci dari hadast 
e.      Menutup aurot  sebagaimana dalam sholat
f.        Memberikan nasehat bagi jamaah dan pada dirinya sendiri  
g.       Berurutan antara rukunyang satu dengan yang lainya serta tertib

SYARAT SYAH MENDIRIKAN SHOLAT JUM'AT


SYARAT SYAH MENDIRIKAN SHOLAT JUM’AT
  •     Di lasanakan di suatu tempat yang permanen / tetap. Tidak syah bila dilasanakan di tempat  sementara.
  •      Dilakukan dengan cara berjamaah. Tentang  jumlah jamaah sholat jum’at ada yang berpendapat   40 orang tetapi ada juga yang berpendapat 2 orang, karena 2 orang sudah dikatakan berjamaah.
  •      Dilasanakan pada waktu duhur diwaktu hari jum’at
  •      Dilasanakan setelah 2 khutbah sholat  jum’at